Kamis, 21 April 2016

manajemen media massa

  manajemen media assa

Bentuk Media massa
1.        Presiden dan penerbit (pimred dan pimpinan perusahaan)
2.       Dirut : semua bagian harus bertanggung jawab pada direktur
3.       Milik penyelenggara : penerbitan relatif kecil
4.       Milik dan pengawasan karyawan : semua karyawan bertanggung jawab terhadap perusahaan
·         Sifat media massa :
1.        Visual
2.       Audio
3.       Audio Visual
·         Tujuan Media massa ; menyiarkan produk jurnalistik (news, views, advertaisment, publicity, resensi ).
·         Pers = Press ditemukan oleh Guttenburg tahun 1450
·         Surat kabar pertama kali di cina 911 M
·         Pers arti sempit : pikiran, gagasan, berita yang ditulis
·         Pers arti luas : Media massa yang memancarkan pikiran/ perasaan seseorang baik secara tulisan maupun lisan.
·         Sifat-sifat Pers :
1.        Kata-kata tetulis tidak terbatas ruang waktu, lisan terbatas
2.       Kebebasan pendapat merupakan fungsi alami manusia
3.       Kata-kata tertulis bersifat permanen/ diarsipkan sedangkan kata-kata lisan bersifat sementara.
4.       Kebebasan pendapat adalah kebutuhan universal, pers merupakan lembaga.
·         Pengaruh pers :
a.        Pengaruh pendapat lebih kuat dan mendalam dibandingkan pengaruh tertulis dan visual
b.      Kata-kata tertulis dalam pers menjadi tanggung jawab yang kuat
·         Akibat hukum pers :
a.        Arti sempit ; Larangan sesnsor terhadap pers
Arti Luas ; tidak akan ada larangan sensor
b.       Perbedaan perlakuan hukum , anglo Saxon
·         Pers Law , pengertian sempit : hubungan antara pers dengan hukum, proses kegiatan dari awal. Pengertian luas : aturan-aturan dalam tulisan, lisan tentang media massa/ pers. Bersumber pada proses hukum / hak tata negara, hukum pidana, perdata, (individu dan abdi pers) Perilaku manusia dan lembaganya.
·         2 kategori peraturan :
a.        Kode publikasi
b.      Kode perusahaan
·         Press law ; aturan yang membatasi sistem kerja pers (media massa)
·         Pers dan media massa adalah lembaga penyiaran
·         Media massa bertujuan memengaruhi dan menciptakan perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan yang diharapkan.
·         Mempengaruhi khalayak adalah dengan membentuk opini publik
·         Metode komunikasi : pendidikan, jurnalistik,PR, dakwah, propaganda, penyiaran, penerangan
·         Teknik komunikasi : informatif, instruktif, persuasif, human relation.
·         12 aspek kegiatan Media massa :
a.        Press Law
b.      Tindakan Pers
c.       Kebebasan pers di negara berkembang
d.      Pers dan hukum pengepungan
e.      Aspek hukum kriminal
f.        Ketentuan tetap vs ketentuan umum
g.       Tanggung jawab atas isi surat kabar
h.      Hak mengulang dan mengoreksi
i.         Hak melindungi sumber
j.        Pengambil alihan kebutuhan percetakan
k.       Perlindungan perubahan Nasional
l.         Jurnalis Luar Negeri

sumber: http://despuni.blogspot.co.id/2013/12/manajemen-media-massa.html

Rabu, 20 April 2016

Inilah Cara Menulis Berita Bagi Jurnalis Pemula

Akhirnya saya  menemukan rujukan yang pas belajar menulis berita bagi wartawan pemula. Meskipun sebenarnya banyak juga rujukan lain yang bisa dicari di mbah google

Bagi yang selama ini mengalami kesulitan menulis berita, tidak cukup hanya memahani 5 W + 1 H dan piramida terbalik. Latihan menulis terus menurus adalah cara alamiah untuk meningkatkan kualitas tulisan.

Berikut adalah artikel rujukan yang saya maksud. Berasal dari blog wartawan senior asal Sumatera Utara, yaitu Jarar Siahaan. Selamat membaca

Menulis Berita Bagi Reporter Pemula :
Beberapa teman seprofesi saya, redaktur di koran lokal terbitan Medan dan juga suratkabar nasional di Jakarta, dalam kesempatan berkomunikasi via telepon sering mengeluhkan sulitnya mencari reporter yang mampu menulis berita dengan baik. “Waktu direkrut, dia mengerti dan tahu menjelaskan apa itu 5W1H dan piramida terbalik, tetapi setelah beritanya ditulis, pusing saya membacanya karena tidak jelas apa maksudnya,” kata seorang teman wartawan yang pernah bekerja sebagai pemimpin redaksi di sebuah koran harian. “Lalu kalau dia tidak mengirim berita, alasannya karena tidak ada berita yang menarik untuk diliput.”
Tidak tahu teknik menulis berita dengan baik, dan tidak mengerti bagaimana cara mencari berita yang layak-tulis. Masalah ini saya pikir terjadi di semua daerah di Indonesia, banyak koran mengalaminya. Apalagi jumlah media cetak semakin banyak sementara orang yang benar-benar terpanggil menjadi wartawan sangatlah sedikit.

Di bawah ini saya bagikan beberapa tips jurnalistik dari pengalaman saya selama 15 tahun lebih menulis berita di koran dan situs Internet. Sekarang untuk level reporter pemula, dan nanti di kesempatan lain saya akan menulis tips dan teknik jurnalistik untuk tingkat redaktur agar tidak “ditokoh-tokohi” reporter.

Tips jurnalistik dasar bagi wartawan pemula: bagaimana menulis berita yang baik untuk koran

#1: Menulis dengan jujur.
Fakta tidak boleh dipelintir. Opini dan penafsiran harus ditulis dalam alinea yang berbeda. Boleh tidak netral, tapi harus independen.
Berbohong dalam berita adalah dosa terberat wartawan. Jika jumlah aktivis LSM yang mendemo bupati hanya puluhan orang, jangan tulis ratusan atau ribuan orang. Berita bohong seperti ini sangat sering muncul di koran-koran daerah, terutama menyangkut liputan pilkada.

Jika harus menulis interpretasi atas sebuah fakta, tuliskanlah di paragraf terpisah, dan tunjukkan secara jelas kepada pembaca supaya mereka tahu mana yang fakta dan mana opini atau penafsiran si wartawan.

Reporter yang meliput berita di lapangan harus bersikap independen terhadap semua pihak yang terkait dengan topik tulisannya. Berikan kesempatan yang sama bagi semua narasumber untuk menjelaskan versi mereka, jangan memvonis kebenaran. Wartawan boleh tidak netral, misalnya kalau harus memihak pada rakyat yang jadi korban penindasan penguasa, namun harus selalu independen dengan memberikan kesempatan pada penguasa untuk berbicara.

#2: Tanda Baca koma dan pola piramida terbalik.
Berhati-hatilah menggunakan tanda baca koma. Bila salah penempatan, maka redaktur di kantor redaksi bisa salah memahami laporan anda. “Amir memukul, Budi ditangkap polisi” (yang memukul ialah si Amir, kok malah Budi yang ditangkap) adalah berbeda maknanya dengan “Amir memukul Budi, ditangkap polisi” (ini benar, yang ditangkap adalah Amir).

Menulis berita biasa haruslah dalam format piramida terbalik. Yang paling penting di bagian paling atas; alinea-alinea di bawahnya semakin kurang penting. Saya sering membaca berita koran daerah yang memuat nama-nama pejabat yang menghadiri sebuah acara seremonial pada alinea kedua atau ketiga, padahal inti beritanya justru di alinea kelima atau bahkan menjelang akhir.

#3: Catat dengan detail. Dengarkan dengan cermat. Rekam, jangan andalkan ingatan.
Saya sering melihat reporter koran yang baru beberapa tahun bekerja melakukan wawancara atau liputan berita di lapangan dengan tidak mencatat sama sekali! Manusia dengan otak super! Bahkan hanya duduk di warung kopi dengan jarak seratusan meter dari lokasi demo atau acara seremonial yang akan jadi topik beritanya. Tapi sepulang meliput, dia bisa dengan santai menulis berita di komputer warnet, tanpa takut sedikit pun bahwa kemungkinan ada data dan fakta yang salah-tulis.

Wartawan pemula sering malu untuk bertanya, “Pak Kadis, ejaan nama Bapak yang benar Jhonny atau Joni atau bagaimana?”
Kalau narasumber mengucapkan kalimat dengan makna ganda atau kurang jelas, tanyakan kembali dan tegaskan. Jangan sampai yang dia maksud adalah “Polisi belum akan memeriksa dia” tapi anda tulis dalam berita sebagai “Polisi tidak akan memeriksa dia”.

#4: Tulis dalam kalimat yang jelas, lengkap, dan jernih.
Redaktur koran harian akan membiarkan naskah berita reporter yang ditulis dengan kalimat yang membingungkan, karena dia dikejar tenggat menyelesaikan halamannya. Kalau anda menulis berita kriminal tentang mencuri, maka sebutkan sejelas-jelasnya SIAPA yang mencuri, SIAPA yang menjadi korban, dan APA yang dicuri. Jangan anda malah asyik menulis BAGAIMANA pencurian itu terjadi, atau ajakan kapolsek agar warga melakukan ronda malam.
Yang paling mendasar dalam sebuah berita biasa ialah APA dan SIAPA, baru kemudian DI MANA, KAPAN dan yang lainnya. Jangan tulis “Menurut Amir, bla-bla-bla…” tanpa anda jelaskan siapa itu si Amir; apakah dia demonstran, penonton aksi demo, atau pendukung pihak yang didemo.
Sering saya melihat pembaca koran menggerutu, “Apa maksudnya berita ini, tak jelas.” Berita mesti ditulis dengan kalimat yang jernih. Susunlah kalimat-kalimat tunggal, dan sebisa mungkin hindari memakai anak kalimat jika hal itu berpotensi membuat pembaca bingung.

#5: Fokus pada topik berita. Jangan melebar ke sana-sini.
Sejak meliput dan wawancara di lapangan, reporter koran sudah harus tahu apa topik atau sudut pandang laporannya. Bila memilih “nasib guru honorer berupah kecil”, maka temuilah pihak-pihak yang terkait dengan isu tersebut. Selain wawancara dengan guru, tanyai juga kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan, anggota DPRD dari komisi yang membidangi pendidikan, pensiunan guru, dll. Jangan malah anda hanya mengutip komentar aktivis LSM karena dia punya saudara yang baru diputus-kontrak sebagai guru honorer.

Kalau misalnya anda kesal melihat seorang pejabat yang suka berindehoi di kafe-kafe malam, maka liputlah itu secara khusus dan jangan selipkan pada berita bertopik lain, “Ditanya mengenai dugaan korupsi stafnya, Kepala Dinas yang sering berdisko di Tenda Biru ini mengatakan….” Terlalu nampak ‘kali tak dikasih amplop. Malu kita sebagai wartawan.

#6: Tulis dengan proporsional, jangan berlebihan.
Ini kelemahan banyak reporter koran di daerah. Fakta yang diaperoleh dari narasumbernya, katakanlah kejaksaan, adalah bahwa Kabag Umum sedang diselidiki terkait kasus dugaan penggelembungan dana pembelian seprai dan gorden rumah dinas bupati. Tapi kemudian ditulisnya dalam berita “Tapanuli Utara sarang korupsi”. Jika anda ingin menulis berita Tapanuli Utara sebagai sarang korupsi, maka beberkanlah sekian banyak data kasus korupsi di daerah itu.
Ada wartawan koran menulis berita “Dengan arogannya Camat menjawab via telepon bahwa…” hanya karena si narasumber berbicara ketus-ketus.
Sebaliknya reporter lain yang baru mendapat amplop tebal dari pejabat mengirim naskah berita ke redaksinya “Bupati yang sangat dicintai rakyatnya ini mengatakan…,” padahal si bupati baru saja ditetapkan sebagai tersangka korupsi dan beberapa kali didemo warga.

#7: Periksa kalimat kutipan, pernyataan off the record, konfirmasi, dan “ucapan di kedai kopi”.
Jangan biarkan beritamu memiliki celah untuk digugat ke pengadilan. Jika harus menulis kalimat langsung, maka tulislah seperti apa adanya diucapkan oleh narasumber. Bila dia mengucapkan kalimat dalam bahasa daerah, misalnya bahasa Batak, telitilah saat menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Saat melihat catatan atau mendengar rekaman wawancara, jika anda bingung atau lupa mana bagian informasi yang merupakan pernyataan off the record (tidak untuk ditulis) dan mana yang bukan, tunda dulu menuliskan bagian itu sebelum berhasil mempertanyakan kembali pada narasumber berita.
Si A menuding si B. Apakah anda sudah melakukan konfirmasi pada si B? Jika belum, jangan dulu menulis berita itu. Kalaupun harus, karena alasan-alasan tertentu, seperti deadline atau faktor kemenarikan topik berita, maka samarkanlah secara total identitas si B. Kalau si A menuding si B dalam tiga hal, maka konfirmasinya tidak boleh hanya menyangkut satu hal.

Wartawan koran duduk-duduk santai bersama pejabat dan politikus di kedai kopi, lalu ada seorang pejabat yang melontarkan pernyataan menarik, kemudian si reporter mengutip kalimat tadi dalam beritanya dengan menuliskan nama si pejabat. Jangan lakukan yang begini. Anda harus kembali menemui si pejabat untuk meminta izin apakah kalimatnya itu boleh anda kutipkan ke dalam berita.

#8: Yang terakhir, dan ini sangat mendasar: Patuhilah kode etik jurnalistik yang melarang wartawan melakukan plagiat atau menjiplak.
Jangan kira jika anda mengutip beberapa kalimat berita dari koran lain, atau menyadur bahan dari Internet, maka hal itu tidak akan ketahuan. Percayalah, cepat atau lambat akan ada pembaca yang komplain dan menyampaikannya kepada redaksi anda di kantor. Jika begitu, karir kewartawanan anda sudah sedang di ujung tanduk. Redaktur anda akan wanti-wanti untuk menerbitkan berita yang anda laporkan, dan koran lain pun akan berpikir keras untuk menerima lamaran dari wartawan tukang jiplak.

Saya punya pengalaman soal ini. Dulu di sebuah koran mingguan, di mana saya menjadi pemimpin redaksi, ada seorang redaktur saya yang menulis ulasan mengenai ulos Batak “sepanjang air sungai mengalir” alias sangat-sangat panjang. Tulisan itu terbit beberapa edisi, dan memakan ruang satu halaman penuh. Pada edisi kedua, ada seorang pembaca mengirim email kepada saya, dan ada dua orang lainnya yang menelepon langsung ke ponsel saya. Mereka komplain dan mengatakan bahwa artikel perihal ulos Batak itu adalah plagiat alias dijiplak dari situs blog di Internet, dan bukan karya si redaktur.

Memang pada tulisan itu, di bawah judulnya, tertulis “oleh…” (tanda titik-titik adalah nama si redaktur), tanpa keterangan sedikit pun bahwa karya tersebut dikutip dari sejumlah blog Internet. Bahkan dengan beraninya si redaktur menulis kredit-foto pada gambar-gambar ulos: “Foto oleh…” (juga tertulis namanya).
Setelah saya cek dan benar bahwa semua isi artikel dan foto itu adalah karya cipta milik beberapa blogger di Internet, pada koran edisi berikutnya saya menambahkan keterangan di bawah judul: “Dikutip dari berbagai sumber di Internet”. Seharusnya saya hendak menulis alamat-alamat blog yang dikutip, tapi ada alasan tertentu sehingga tidak jadi.

Beberapa hari kemudian dalam rapat redaksi, si redaktur malah protes pada saya. “Mengapa Pemred bikin begitu. Itu sama saja telah melecehkan saya. Berhari-hari saya mencari bahannya dan menggabungkannya menjadi satu tulisan,” katanya.
Bah, makjang! Sudah ketahuan menjiplak tapi masih berkelit pula. Yang dilecehkan itu sebenarnya siapa: dia atau blogger si penulis asli? Tidak lama kemudian, setelah muncul kesalahan-jurnalistik lain dalam tugasnya sebagai redaktur, akhirnya saya memecat dia dan mencari redaktur baru. » Jarar Siahaan dotcom.


Sumber : 
http://jararsiahaan.com/jurnalisme/teknik-cara-tips-menulis-berita-wartawan-koran/152/

contoh skrip radio

Bicarakan perubahan, Pemprov Bali akan undang Rhenald Kasali


KBRN, Denpasar : Guna meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menyukseskan canangan Reformasi Birokrasi khususnya untuk para birokrat, Pemerintah Provinsi Bali akan menggelar Seminar bertajuk "Mau Kemana Kita, Perubahan dan Tradisi".
Seminar rangkaian HUT Pemprov Bali ke-58, yang akan jatuh tanggal 14 Agustus 2016 ini, rencananya mendatangkan akademisi sekaligus pakar perubahan, Prof. Rhenald Kasali, dan diselenggarakan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (23/4/2016) mendatang.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika kepada wartawan di Press Room Pemprov Bali, Rabu (20/4/2016) menjelaskan, seminar ini untuk memberikan pencerahan kepada para birokrat, terkait pentingnya berpikir soal perubahan. Pada kegiatan itu, pihaknya ingin meminta bahasan dan pemikiran dari pembicara untuk menjabarkan, bentuk perubahan apa yang harus dilakukan di Bali.

"Kita akan meminta bahasan dan pemikiran beliau nanti, seperti apa bentuk perubahan yang diperlukan, dan paling cocok untuk Bali. Bali kan harus tetap menjunjung tinggi budaya dan menjaga kelestarian alam," jelasnya.

Made Mangku Pastika menyampaikan, agenda perubahan tak hanya dipikirkan oleh Pemerintah ataupun masyarakat di Bali, tetapi juga dunia dan konsep itu telah diusung oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Menurutnya, dengan situasi yang berkembang ditengah kompetisi ketat, seseorang akan mencapai keberhasilan disaat mereka sudah mampu mengelola perubahan menjadi potensi yang besar.
Ia mencontohkan, perubahan nyata dan signifikasi terjadi dalam media massa di Dunia, dimana sebelumnya masyarakat harus membaca koran, kini dengan mudahnya mendapatkan informasi itu dalam sebuah gadget atau smartphone dengan berselancar didunia maya.

"Perubahan itu harus tetap dipikirkan. Lihat saja Presiden Obama, juga berpikir soal perubahan. Kita juga bisa lihat, sekarang semua serbag digital. Bisa pesan makanan, baca berita lewat Handphone semacam ini. Kalau tidak mau berubah, kita pasti tertinggal," tegas Gubernur Pastika. (HRO/WDA)

sumber: http://www.rri.co.id/post/berita/268072/ruang_publik/bicarakan_perubahan_pemprov_bali_akan_undang_rhenald_kasali.html

Selasa, 19 April 2016

contoh feature biografi

Biografi Chairil Anwar

Tokoh satu ini dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu penyai terhebat yang pernah dimiliki Indonesia. Dia merupakan Penyair Angkatan '45. Karya-karyanya sudah banyak diterbitkan. Berikut Biografi dan Profil lengkap Chairil Anwar. Beliau dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapaknya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, selepas SMA, Chairil Anwar mengikut ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:

Bukan kematian benar yang menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

Setelah neneknya tiada, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Kehidupan Chairil Anwar
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya,
dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.

Chairil Anwar Meninggal Dunia
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.

Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”

Berikut ini adalah salah satu puisi karya chairil anwar yang terkenal berjudul "AKU" karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

sumber: http://www.biografiku.com/2009/02/biografi-chairil-anwar-1922-1949.html

Minggu, 17 April 2016

TIPS MENJADI WARTAWAN HANDAL

Yang harus dimiliki seorang wartawan yakni :
Pintar : Ia mampu menangkap, membaca situasi yang terjadi mengenai kapan ia harus mengambil berita dalam segala kondisi, pintar membaca maksud yang disampaikan narasumber, baik melalui bahasa tubuh atau secara lisan dari narasumber.
Cekatan : Seorang wartawan harus lincah dalam memburu berita, harus mempunyai motto “i hate slow”, tidak boleh lamban, dan bukan tipe seorang yang pemalas.
Jujur : yakni menulis berita untuk publik tentang sesuatu yang benar-benar ada, benar-benar terjadi, serta disertai bukti-bukti yang kongkrit dan berdasar fakta yang ia dapatkan dari lapangan.
Fleksibel : yaitu, harus bisa mengikuti dinamika berbagai masyarakat yang ia temui dalam setiap peliputan berita, tidak boleh kaku dan “dingin”, sebab wartawan diharuskan berinteraksi dengan masyarakat dalam mencari bukti-bukti.
Percaya Diri : Tingkat kePD-an seorang wartawan harus 100%, tanpa sikap PD, berita akan sulit didapat, karena malu bertanya pada orang lain yang mengetahui persis peristiwa yang terjadi. Ingat kata pepatah, “Malu Bertanya, Seat Di Jalan”. Tak perlu cantik atau ganteng untuk menjadi wartawan, cukup dengan PD, inner beauty akan muncul dari dalam diri kita. smile emotikon
Selamat menjadi Wartawan Handal
Sumber : creativejurnalist https://www.facebook.com/pwnkotabandung/posts/772100916164971

Analisis perbedaan media online “Tribunnews.com dan Okezone.com”
            Berita dalam media online kini dikemas lebih menarik dengan banyaknya fitur-fitur dalam web tersebut, ada dua web berita yang saya analisis yaitu “Tribunnews.com dan Okezone.com”
           Dua web tersebut yang secara teknis sudah memenuhi syarat dan prasyarat penulisan berita dalam web, cukup berkembang sebagai media penyiaran berita. Ketika berita yang diposting melalui bisa dinikmati lewat media cetak dan tv  “Tribunnews.com dan Okezone.com” berusaha dan mampu menyediakan konten berita yang takkala menarik.
            Saya mencoba membandingkan penulisan berita yang ditulis dalam media online TRIBUNNEWS.COM dan OKEZONE.COM dengan begini kami bisa tahu bahwa media online banyak menyediakan fitur dan pilihan berita yang beragam. Contohnya saja dalam penulisan berita TRIBUNNEWS.COM dan OKEZONE.COM mengenai kasus “NELAYAN TOLAK REKLAMASI sudah terlihat jelas perbedaan dari kedua media online tersebut terdapat dijudul yang berbeda, tapi isi berita yang sama. Terdapat pula perbedaan pada penulisan beritanya TRIBUNNEWS.COM penulisan beritanya diawali dengan opini sedangkan OKEZONE.COM langsung pada isi berita. Perbedaan yang lainnya adalah masalah uptudate informasi.
            Dari analisis saya diatas menilai bahwa TRIBUNNEWS.COM dan OKEZONE.COM cukup berkembang dengan baik.

Sabtu, 16 April 2016

Jurnalisme Online Sering Dinilai Tak Serius


TEMPO.COJakarta - Kecepatan dan akurasi menjadi isu penting di media online atau media siber. Tapi Redaktur Pelaksana portal beritaViva.co.id, Nezar Patria, mengingatkan agar tuntutan penyajian berita online yang secepatnya dan real time itu tidak dijadikan pembenaran atas pemuatan berita-berita yang tidak akurat dan kredibel.

“Sebab, kredibilitas adalah aset termahal media,“ kata Nezar dalam seminar bertema "Media Online: Pertumbuhan Pengakses, Bisnis, dan Problem Etika" yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, AJI Indonesia, dan Ford Foundation di Hotel Morrissey, Jakarta, Kamis, 7 Maret 2013.

Menurut Nezar, kini ada sejumlah persepsi keliru di kalangan pengelola dan jurnalis media online. Persepsi keliru itu, antara lain, jurnalisme onlinebukanlah jurnalisme yang serius, traffic sebagai pencapaian utama dipandu berita sensasional, dan kualitas dan kredibilitas berita online lebih rendah dari jurnalisme cetak. “Liputan mendalam tak mendapat tempat, apalagi peliputan investigatif,” kata anggota Majelis Etik AJI Jakarta ini.

Akibat persepsi keliru itu, berita-berita dalam media online di Indonesia, kata dia, terjebak pada berita yang dangkal dan citranya menjadi berita kelas dua. Hal ini terjadi karena media online berlomba-lomba mengejar traffic. Pada saat bersamaan, kata dia, pasar iklan di dunia online terbilang brutal karena menggunakan sistem iklan berdasarkan traffic. Penyakit lainnya, kata dia, banyak jurnalis online kurang memahami kode etik jurnalistik.


Padahal, kata dia, media-media online di Amerika dan Eropa tidak selalu bertarung dengan kecepatan kemudian mengorbankan akurasi. Dia mencontohkan Huffingtonpost.com. Media ini awalnya adalah blog, lalu dikelola menjadi media online dengan berita-berita yang akurasinya bagus. “Saat ini media ini banyak menjadi rujukan,” kata dia.

Nezar membandingkan kecepatan penyajian berita antara media online dan televisi atau radio. Siaran langsung televisi dan radio justru lebih cepat dibanding media online. Karena itu, kata dia, media online mestinya lebih berhati-hati dan tidak mengorbankan akurasi demi mengejar kecepatan. ”Media online masih ada jeda produksi. Ada waktu untuk mendapatkan gambaran masalah yang lebih komplet,” katanya. Karena itu, kata dia, jika ingin menjadi media online yang kredibel, redaksi harus disiplin menerapkan standar akurasi, transparansi, dan liputan yang fair.

Berbicara pada seminar yang sama, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo, menilai media siber memang memiliki sejumlah keunggulan, seperti kecepatan, interaktivitas, prinsip partisipatori dan emansipasi publik, dan ruang media sebagai ruang publik deliberatif. Tapi prinsip jurnalisme siber tidak berbeda dengan prinsip jurnalisme cetak atau elektronik. ”Jurnalisme siber masih merupakan jurnalisme yang mengedepankan verifikasi,” katanya. Artinya, kata dia, etika jurnalistik tetap menjadi pegangan bagi jurnalis media siber.

NURHASIM

sumber: https://m.tempo.co/read/news/2013/03/12/173466520/jurnalisme-online-sering-dinilai-tak-serius